MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF
Saat
ini, pembelajaran inovatif yang akan mampu membawa perubahan belajar bagi
siswa, telah menjadi barang wajib bagi guru. Pembelajaran lama telah usang
karena dipandang hanya berkutat pada metode mulut. Siswa sangat tidak nyaman
dengan metode mulut. Sebaliknya, siswa akan nyaman dengan pembelajaran yang
sesuai dengan pribadi siswa saat ini.
Untuk
membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model pembelajaran.
Dalam prakteknya, kita (guru) harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran
yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam
memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa,
sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu
sendiri.
Berikut
ini disajikan beberapa model pembelajaran, untuk dipilih dan dijadikan
alternatif sehingga cocok untuk situasi dan kjondisi yang dihadapi. Akan tetapi
sajian yang dikemukakan pengantarnya berupa pengertian dan rasional serta
sintaks (prosedur) yang sifatnya prinsip, modifikasinya diserahkan kepada guru
untuk melakukan penyesuaian, penulis yakin kreativitas para guru sangat tinggi.
Koperatif (CL, Cooperative Learning)
Pembelajaran koperatif sesuai dengan
fitrah manusis sebagai makhluq sosial yang penuh ketergantungan dengan otrang
lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembegian tugas, dan rasa
senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara
koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing)
pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih
beinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari hidup
bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Jadi model pembelajaran koperatif
adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling
membantu mengkontruksu konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut
teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota
kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siawa heterogen (kemampuan, gender,
karekter), ada control dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil
kelompok berupa laporan atau presentasi.
Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk
kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan.
Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning)
Pembelajaran kontekstual adalah
pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka,
negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life
modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajkan,
motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana
menjadi kondusif – nyaman dan menyenangkan. Pensip pembelajaran kontekstual
adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan
mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.
Ada tujuh indokator pembelajarn
kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model lainnya, yaitu
·
modeling (pemusatan perhatian,
motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu,
contoh),
·
questioning (eksplorasi, membimbing,
menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi)
·
learning community (seluruh siswa partisipatif
dalam belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba,
mengerjakan),
·
inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis,
konjektur, generalisasi, menemukan),
·
constructivism (membangun pemahaman
sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis)
·
reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut)
·
authentic assessment (penilaian
selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap
aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya
darei berbagai aspek dengan berbagai cara).
Pembelajaran Langsung (DL, Direct Learning)
Model
pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk menunjang proses belajar
siswa berkenaan dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang
terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.
Pembelajaran langsung tidak sama dengan metode ceramah, tetapi ceramah dan
resitasi (mengecek pemahaman dengan tanya jawab) berhubungan erat dengan model
pembelajaran langsung.
Pembelajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang cukup rinci
terutama pada analisis tugas. Pembelajaran langsung berpusat pada guru, tetapi
harus tetap menjamin keterlibatan siswa. Jadi lingkungan belajar harus
diciptakan yang berorientasi pada tugas-tugas yang diberikan kepada siswa.
Ciri-ciri pembelajaran langsung :
a. Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasdil belajar.
b. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
c. Sistem pengelolaan dan lingkungan
belajar yang mendunkung berlangsung dan berhasilnya pembelajaran.
Pembelajaran Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning)
Kehidupan adalah identik dengan
menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan
untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari
kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemamuan berpikir tingkat tinggi.
Kondisi yang tetap hatrus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi,
demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dap[at berpikir optimal.
Indikator model pembelajaran ini
adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi, induksi, identifikasi,
investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi, dan inkuiri
Dalam hal ini masalah didefinisikan
sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya.
Justru problem solving adalah mencari atau menemukan cara penyelesaian
(menemukan pola, aturan, atau algoritma). Sintaknya adalah: sajiakn permasalah
yang memenuhi criteria di atas, siswa berkelompok atau individual
mengidentifikasi pola atau atuiran yang disajikan, siswa mengidentifkasi,
mengeksplorasi,menginvestigasi, menduga, dan akhirnya menemukan solusi.
Problem Posing
Problem posing yaitu pemecahan masalah dngan melalui elaborasi, yaitu
merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih simple sehingga
dipahami. Sintaknya adalah: pemahaman, jalan keluar, identifikasi kekeliruan,
menimalisasi tulisan-hitungan, cari alternative, menyusun soal-pertanyaan.
Problem Terbuka (OE, Open Ended)
Pembelajaran dengan problem
(masalah) terbuka artinya pembelajaran yang menyajikan permasalahan dengan
pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga bisa beragam (multi
jawab, fluency). Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinilitas ide,
kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, sharing,
keterbukaan, dan sosialisasi. Siswa dituntuk unrtuk berimprovisasi
mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh
jawaban, jawaban siswa beragam. Selanjtynya siswa juda diinta untuk menjelaskan
proses mencapai jawaban tersebut. Denga demikian model pembelajaran ini lebih
mementingkan proses daripada produk yang akan membentiuk pola piker, keterpasuan,
keterbukaan, dan ragam berpikir.
Sajian masalah haruslah kontekstual
kaya makna secara matematik (gunakan gambar, diagram, table), kembangkan
peremasalahan sesuai dengan kemampuan berpikir siswa, kaitakkan dengan materui
selanjutnya, siapkan rencana bimibingan (sedikit demi sedikit dilepas mandiri).
Sintaknya adalah menyajikan masalah,
pengorganisasian pembelajaran, perhatikan dan catat reson siswa, bimbingan dan
pengarahan, membuat kesimpulan.
Probing-prompting
Teknik probing-prompting adalah pembelajaran
dengan cara guru menyajikan serangkaian petanyaan yang sifatnya menuntun dan
menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan engetahuan sisap
siswa dan engalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari.
Selanjutnya siswa memngkonstruksiu konsep-prinsip-aturan menjadi pengetahuan
baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan.
Dengan model pembelajaran ini proses
tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa
mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa menghindar dari
prses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab.
Kemungkinan akan terjadi sausana tegang, namun demikian bisa dibiasakan. Untuk
mngurang kondisi tersebut, guru hendaknya serangkaian pertanyaan disertai
dengan wajah ramah, suara menyejukkan, nada lembut. Ada canda, senyum, dan
tertawa, sehingga suasana menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa,
bahwa jawaban siswa yang salah harus dihargai karena salah adalah cirinya dia
sedang belajar, ia telah berpartisipasi
Reciprocal Learning
Weinstein & Meyer (199
mengemukakan bahwa dalam pembelajaran harus memperhatikan empat hal, yaitu
bagaimana siswa belajar, mengingat, berpikir, dan memotivasi diri. Sedangkan
Resnik (1999) mwengemukan bhawa belajar efektif dengan cara membaca bermakna,
merangkum, bertanya, representasi, hipotesis.
Untuk mewujudkan belajar efektif,
Donna Meyer (1999) mengemukakan cara pembelajaran resiprokal, yaitu: informasi,
pengarahan, berkelompok mengerjakan LKSD-modul, membaca-merangkum.
TGT (Teams Games Tournament)
Penerapan model ini dengan cara
mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah
memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual
dan diskusi. Usahakan dinamikia kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa
kompetisi antar kelompok, suasana diskuisi nyaman dan menyenangkan sepeti dalam
kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap terbuka, ramah ,
lembut, santun, dan ada sajian bodoran. Setelah selesai kerja kelompok sajikan
hasil kelompok sehuingga terjadi diskusi kelas.
Jika waktunya memungkinkan TGT bisa
dilaksanakan dalam beberapa pertemuan, atau dalam rangak mengisi waktu sesudah
UAS menjelang pembagian raport. Sintaknya adalah sebagai berikut:
·
Buat kelompok siswa heterogen 4
orang kemudian berikan informasi pokok materi dan \mekanisme kegiatan
·
Siapkan meja turnamen secukupnya,
missal 10 meja dan untuk tiap meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara,
meja I diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan
seterusnya sampai meja ke-X ditepati oleh siswa yang levelnya paling rendah.
Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu adalah hasil kesewpakatan
kelompok.
·
Selanjutnya adalah opelaksanaan
turnamen, setiap siswa mengambil kartu soal yang telah disediakan pada tiap
meja dan mengerjakannya untuk jangka waktu terttentu (misal 3 menit). Siswa
bisda nmngerjakan lebbih dari satu soal dan hasilnya diperik\sa dan dinilai,
sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan sekaligus skor
kelompok asal. Siswa pada tiap meja tunamen sesua dengan skor yang
dip[erolehnay diberikan sebutan (gelar) superior, very good, good, medium.
·
Bumping, pada turnamen kedua ( begitu
juga untuk turnamen ketiga-keempat dst.), dilakukan pergeseran tempat duduk
pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi, siswa superior dalam
kelompok meja turnamen yang sama, begitu pula untuk meja turnamen yang lainnya
diisi oleh siswa dengan gelar yang sama.
·
Setelah selesai hitunglah skor untuk
tiap kelompok asal dan skor individual, berikan penghargaan kelompok dan
individual.
TPS (Think Pairs Share)
Model pembelajaran ini tergolong
tipe koperatif dengan sintaks: Guru menyajikan materi klasikal, berikan
persoalan kepada siswa dan siswa bekerja kelompok dengan cara berpasangan
sebangku-sebangku (think-pairs), presentasi kelompok (share), kuis individual,
buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward.
MEA (Means-Ends Analysis)
Model pembelajaran ini adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan
masalah dengan sintaks: sajikan materi dengan pendekatan pemecahan masalah
berbasis heuristic, elaborasi menjadi sub-sub masalah yang lebih sederhana,
identifikasi perbedaan, susun sub-sub masalah sehingga terjadli koneksivitas,
pilih strategi solusi
CPS (Creative Problem Solving)
Ini juga merupakan variasi dari
pembelajaran dengan pemecahan masalah melalui teknik sistematik dalam
mengorganisasikan gagasan kreatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
Sintaksnya adalah: mulai dari fakta aktual sesuai dengan materi bahan ajar
melalui tanya jawab lisan, identifikasi permasalahan dan fokus-pilih, mengolah
pikiran sehingga muncul gagasan orisinil untuk menentukan solusi, presentasi
dan diskusi.
TTW (Think Talk Write)
Pembelajaran ini dimulai dengan
berpikir melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternative solusi),
hasil bacaannya dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi, dan kemudian buat
laopran hasil presentasi. Sinatknya adalah: informasi, kelompok
(membaca-mencatatat-menandai), presentasi, diskusi, melaporkan.
TS-TS (Two Stay – Two Stray)
Pembelajaran model ini adalah dengan
cara siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. Sintaknya
adalah kerja kelompok, dua siswa bertamu ke kelompok lain dan dua siswa lainnya
tetap di kelompoknya untuk menerima dua orang dari kelompok lain, kerja
kelompok, kembali ke kelompok asal, kerja kelompok, laporan kelompok.
SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review)
Pembelajaran ini adalah strategi
membaca yang dapat mengembangkan meta kognitif siswa, yaitu dengan menugaskan
siswa untuk membaca bahan belajar secara seksama-cermat, dengan sintaks: Survey
dengan mencermati teks bacaan dan mencatat-menandai kata kunci, Question dengan
membuat pertanyaan (mengapa-bagaimana, darimana) tentang bahan bacaan (materi
bahan ajar), Read dengan membaca teks dan cari jawabanya, Recite dengan
pertimbangkan jawaban yang diberikan (cartat-bahas bersama), dan Review dengan
cara meninjau ulang menyeluruh
SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, Review)
SQ4R adalah pengembangan dari SQ3R
dengan menambahkan unsur Reflect, yaitu aktivitas memberikan contoh dari bahan
bacaan dan membayangkan konteks aktual yang relevan.